Aku tertegun mendengar kabar itu. Walaupun itu bukan dari mulutnya langsung, tapi aku mendapatkannya dari sumber yang bisa dipercaya, yaitu situs sosialnya. Aku benar-benar tak menyangka.
**
Belum lama ini dia datang padaku dengan senyum manisnya, menawarkan sebentuk cinta yang sempat hilang. Ku akui aku pun sempat sedikit melupakannya. Tapi begitu dia datang, cinta itupun kembali menyala.
Dia datang dengan diskusi tentang kasih ALLAH, tentang hukum-hukum dan larangan TUHAN, juga dengan penuh kasih menyemangatiku untuk terus bertumbuh dalam Kristus.
Tapi semua itu hilang tak berbekas saat aku tahu dia berhubungan dengan gadis lain. Apa salahku, TUHAN? Hanya itu yang selalu aku teriakkan. Tapi teriakanku menguap sia-sia. TUHAN seolah tak peduli dengan keputusasaanku.
**
“Kha, jangan lupa berangkat komsel nanti malam.” Pesan Carol, sahabatku.
Aku hanya melirik tak acuh. Buat apa berangkat komsel? Atau berangkat ibadah? Aku rajin berangkat komsel dan ibadah pun TUHAN tetap tak peduli padaku. Tanpa peduli pada ajakan Carol untuk berangkat komsel, aku memilih pergi menyendiri.
Hari-hari yang kulalui benar-benar buruk. Aku terus menerus mengurung diri di kamar. Tak peduli dengan keadaan sekelilingku. Bekerja pun aku lakukan tanpa konsentrasi. Tapi aku juga tak peduli dengan teguran dari kantor pusat ataupun dari atasanku langsung. Bagiku hidupku sudah berakhir.
**
“Kha. Ayo ikut aku sebentar!” belum juga sadar dari mimpi, Carol sudah menarik tanganku, memaksaku membuka mata.
“Ikut ke mana?” tanyaku.
“Kita ke gereja.” Ajaknya dengan semangat.
Ke geraja? Apa tidak salah? Aku sudah lebih dari 2 bulan absent ke gereja. Jangankan ke gereja, buka alkitab saja tidak pernah.
“Mau ngapain?” tanyaku malas.
“Ibadah dong. Ayo, 30 menit cukup kan buat siap-siap?” paksa Carol.
Akhirnya dengan malas aku menuruti Carol. Tapi benar-benar tidak niat. Mandi hanya sekedar basah, dandan juga sekedar menyisir rambut saja. Tapi Carol tak berkomentar lagi.
Dengan semangat Carol melajukan mobil di jalanan yang cukup padat untuk hari minggu pagi. Sambil menyanyi lagu rohani, dia berusaha berkonsentrasi menembus kemacetan.
Setelah kurang lebih 15 menit perjalanan, akhirnya sampai juga di pelataran parkir gereja. Sampai di ruang ibadah, Carol mengambil tempat di ujung kiri. Ibadah belum mulai. Jemaat yang datang pun belum ada setengah dari kapasitas ruang ibadah.
Iseng aku melayangkan pandangan ke seantero ruangan. Di pintu masuk kulihat seorang lelaki dengan fisik sangat mirip dengan seseorang yang telah menghancurkanku. Tak mau berlama-lama mengingat orang itu, aku kembali memandang ke depan.
“Hai. Carol.” Sapa seseorang.
Refleks aku menoleh. Lelaki yang kulihat tadi sekarang sudah duduk di sebelah Carol. Mereka saling menanyakan kabar lalu Carol memperkenalkan aku ke lelaki tersebut.
“Fa, kenalin nih, sahabat aku, namanya Mikha. Kha, ini salah satu aktifis gereja, Zefa.”
Lelaki itu menyodorkan tangannya. Aku membalas sekedarnya sambil menyebutkan nama.
Ibadah dimulai dan lagi-lagi aku tak peduli dengan isi ibadah itu. Aku asyik dengan pikiranku sendiri.
**
1 new message
Sender : +628574122….
”Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.
Jangan lupa merenungkan firman TUHAN hari ini.
Semangat, Zefa.”
Aku tak mengerti apa yang dipikirkan Carol. Tanpa seijinku dia memberikan nomor handphoneku ke lelaki itu. Jadilah dia setiap hari menggangguku dengan sms-sms tentang firman TUHAN.
Aku masih dengan kekeras kepalaanku. Tak peduli dengan sms-sms seperti itu. Biarlah dia terus mengirim sms. Tapi tak pernah kubaca lagi apa isinya.
Sampai pada suatu hari dia tiba-tiba datang ke rumahku.
“Kamu ada waktu? Bisa ikut aku sebentar?” tanyanya halus.
“Mau ke mana?” aku balik bertanya.
Dia tersenyum, “Ada acara di Gereja. Dan aku ingin kamu ikut. Sekedar untuk mengubah suasana hati.” Jelasnya.
Setelah kupikir-pikir, tak ada salahnya keluar untuk sedikit menyegarkan pikiran. Akhirnya aku mengiyakan ajakannya.
Sampai di tempat yang dimaksud, aku tertegun. Dia membawaku ke salah satu panti asuhan di kota ini. Ada banyak orang gereja yang kukenal ada di sana termasuk Carol.
“Kamu lihat anak-anak yang ada di sini, Kha? Dibanding dengan mereka, kamu masih jauh lebih beruntung.” Kata Zefa pelan.
Aku menoleh sinis, “ apa maksudnya?”
Dia tersenyum kecil, “Paling tidak kamu masih punya orang tua yang lengkap, saudara juga temen-teman yang mengasihimu.” Kata Zefa lagi.
“Kamu nyindir aku?” tanyaku tak suka.
Lagi-lagi dia tersenyum. “Bukan, Kha. Aku Cuma ingin kamu bangkit. Nggak seharusnya kamu menyalahkan TUHAN. Kehendak TUHAN itu pasti baik buat kamu. TUHAN selalu ada buat kamu, kok. Percaya itu.”
“Tahu apa kamu tentang perasaanku? Aku kasih tahu sama kamu, jangan pernah lagi kamu campuri urusanku! Ingat itu!” bentakku kasar.
Tanpa menghiraukan panggilannya, aku berlari keluar dari halaman panti. Aku berjalan tanpa arah hingga akhirnya aku sampai di sebuah taman.
Tiba-tiba aku seperti mendengar seseorang berkata, Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!
Aku tersentak. Siapa yang berbicara? Tak ada seorang pun di sini. Benar-benar sepi.
Lelah aku berjalan, aku duduk di salah satu bangku taman itu. Berdiam diri sambil merenungi kalimat tadi.
“Kha.” Panggil seseorang.
Carol dan Zefa mendekat. Aku bisa melihat sisa air mata di wajah Carol.
“Akhirnya ketemu juga. Aku khawatir sama kamu.” Kata Carol sambil memelukku.
“Kenapa kalian khawatir?” tanyaku datar. Aku bahkan tak membalas pelukan Carol.
Carol melepaskan pelukannya lalu memandangku. “Karena kami sayang sama kamu. Kamu sahabatku, Kha.” Jawabnya pelan.
Zefa berjongkok di depanku. “Maaf kalau apa yang aku katakan tadi membuatmu tersinggung. Aku nggak ada maksud membuat kamu marah atau menyindir kamu. Aku Cuma ingin kamu ceria lagi. TUHAN selalu ada buat kamu. Dan apa pun yang TUHAN rencanakan untuk kamu pasti itu yang terbaik untuk kamu.”
“Sebelum kalian memanggilku tadi, apa kalian juga mengucapkan sesuatu?” tanyaku penasaran ingin tahu suara siapa tadi.
Carol dan Zefa berpandangan.
“Apa maksud kamu? Kami tadi berlari mengikuti sambil memanggil namamu. Tapi kamu cepat sekali berjalan. Kami hampir saja kehilangan kamu. Zefa yang melihat kamu duduk di taman ini. Langsung saja kami berlari ke sini memanggilmu.” Jawab Carol
Aku Cuma diam.
“Kha, kita pulang yuk.” Ajak Carol. Aku tak menjawab. Ku biarkan saja dia menggandeng tanganku. Badanku seolah lemas. Aku ingin tidur secepatnya.
**
Berhari-hari aku mencoba mencerna kata-kata yang seolah kudengar di taman waktu itu. Berhari-hari pula aku berdiam di kamar. Sampai pada sore itu, Carol datang bersama Zefa.
“Kha, kita ke gereja yuk.” Ajak Carol.
Tanpa bertanya lagi, aku mengiyakan ajakannya. Tapi kali ini beda. Aku sedikit rapi dan berdandan. Carol tersenyum melihat penampilanku tapi di tak berkomentar.
“Kamu cantik, Kha,” puji Zefa spontan. Aku Cuma tersenyum kecil mendengarnya.
Di gereja pun aku hanya diam. Duduk di antara Carol dan Zefa membuatku teringat kata-kata yang kudengar waktu itu.
“Kasih yang sempurna telah kuterima darimu………..”
“Takkan KAU biarkan aku melangkah hanya sendirian,KAU selalu ada bagiku,sebab KAU BAPA ku, BAPA yang kekal…”
Entah kenapa, aku sampai menangis saat menyanyikan pujian itu. Semua luka masa laluku seolah terbuka kembali. Tapi bukan sakit yang aku rasakan. Melainkan suatu kedamaian yang belum pernah kurasakan.
“Jangan kecewa saat hubunganmu berakhir. cinta dan sayang tidak bisa menahan seseorang dalam hidupmu! Jika dia memang bukan yang terbaik, sebesar apapun usahamu untuk bersamanya, kamu tidak akan pernah bisa memilikinya! Tapi jika memang dia yang terbaik dan takdirmu adalah bersamanya, maka sejauh apapun kalian terpisah pasti ada jalan yang akan mempertemukan! Percayalah, TUHAN sudah memilihkan pasangan ya tepat dan terbaik bagimu!” ucap suatu suara.
Aku memejamkan mata. Berusaha mencerna kata-kata itu. Barulah aku tersadar. Itu suara Roh Kudus. Lagi-lagi air mataku mengalir. Aku baru tersadar, TUHAN tak pernah meninggalkanku.
Pulang dari gereja, aku ajak Carol juga Zefa ke rumah. Aku ceritakan apa yang kudapat di gereja tadi. Carol tersenyum mendengarnya.
“Kamu benar, Kha. Itu suara Roh Kudus. Tuhan ingin kamu bangkit dari keterpurukan ini. Apa yang direncanakan TUHAN untuk kamu pasti itu yang terbaik untukmu. Jangan pernah merasa sendirian. Kamu masih punya keluarga yang menyayangi kamu, ada aku juga Zefa yang akan selalu menemani juga memberimu semangat, juga masih ada TUHAN yang selalu melindungi kamu.” Katanya sambil menggenggam tanganku.
Aku Cuma tersenyum kecil.
Sejak saat itu, aku mulai membaca alkitab lagi dari awal. Kurenungkan sedikit demi sedikit.
Kalau kebetulan Carol ke rumah atau bertemu Zefa di gereja, aku sering bertanya dan meminta pendapat mereka.
Aku juga baru sadar, akhir-akhir ini mamaku selalu tersenyum saat melihatku. “Kenapa, Ma?” tanyaku penasaran.
“Nggak apa-apa. Mama Cuma seneng kamu udah ceria lagi.” Jawab mama.
Aku tersenyum.
**
“Aku senang lihat kamu yang sekarang, Kha.” Kata Zefa sore itu sewaktu perjalanan pulang dari ibadah,
“Kenapa?” tanyaku.
“Karena kamu yang sekarang jauh berbeda dari Mikha yang kutemui pertama kali dulu. Kamu dulu itu sinis, cuek, bahkan terkesan sangat tidak peduli dengan sekelilingmu.” Jawabnya.
“Aku sadar sikapku dulu seperti apa. Tapi sekarang aku nggak mau lagi menepiskan kasih setia TUHAN terhadapku.” Kataku.
Zefa hanya mengangguk mengiyakan.
“Bukan Cuma kamu yang pernah dikhianati. Hampir semua orang di dunia pasti pernah merasa dikhianati, juga mengkhianati. Tapi lebih banyak lagi orang yang bangkit untuk memulai hari depan yang jauh lebih baik. Mintalah pada TUHAN, pasti didengarkanNYA permintaanmu. Seperti firman TUHAN di Yohanes 16 ayat 24b, Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu.”
“Tapi kamu harus bisa mengerti juga, kalau TUHAN belum memberikan apa yang kamu minta, berarti kamu harus menunggu saat yang tepat di mana TUHAN akan memberikan apa yang kamu mau. TUHAN diam dan tak menjawab doa kamu bukan berarti TUHAN tak peduli padamu.” Jelasnya panjang lebar.
Aku diam dan merenungkannya. Ya, semua itu benar.
**
Sekarang aku tahu seperti apa rencana TUHAN untukku. Bukan lelaki yang hanya mencintai fisikku, tetapi lelaki yang mengasihiku, mencintai kekuranganku dan selalu memotivasiku untuk selalu bertumbuh dalam KRISTUS.
Terima kasih TUHAN. Kini aku sadar, kehendakMU lah yang terbaik untukku.
trifena'sdiary
Rabu, 25 Mei 2011
Senin, 09 Mei 2011
trifena
dan akhirnya nama saya berubah.
bukan untuk diganti,
hanya sekedar nama,
yang mencerminkan keinginan saya sedari dulu,
melayani TUHAN.
bukan untuk sok ingin aktif di gereja,
tapi karena benar-benar ingin ikut terlibat di dalam rumah TUHAN,
terasa ada panggilan dalam hati,
berdoa semoga benar-benar bisa melayani TUHAN,
tak hanya menjadi jemaat semata,
pernahkah saya mengutarakan keinginan saya?
saya rasa belum pernah.
hanya saya simpan sendiri dalam hati saya,
karena saya merasa belum pantas melayani dalam rumah TUHAN.
saya ingin perubahan dalam rohani saya terlebih dahulu,
baru saya bisa mengatakan dengan bangga bahwa saya adalah pengikut Kristus,
bukan untuk diganti,
hanya sekedar nama,
yang mencerminkan keinginan saya sedari dulu,
melayani TUHAN.
bukan untuk sok ingin aktif di gereja,
tapi karena benar-benar ingin ikut terlibat di dalam rumah TUHAN,
terasa ada panggilan dalam hati,
berdoa semoga benar-benar bisa melayani TUHAN,
tak hanya menjadi jemaat semata,
pernahkah saya mengutarakan keinginan saya?
saya rasa belum pernah.
hanya saya simpan sendiri dalam hati saya,
karena saya merasa belum pantas melayani dalam rumah TUHAN.
saya ingin perubahan dalam rohani saya terlebih dahulu,
baru saya bisa mengatakan dengan bangga bahwa saya adalah pengikut Kristus,
Trifena dan Trifosa (Roma 16:12a)
Salam kepada Trifena dan Trifosa, yang bekerja membanting tulang dalam pelayanan Tuhan. (Roma 16:12ª)
Trifena dan Trifosa:
Keduanya adalah perempuan dan dikatakan mereka adalah wanita yang patut dipuji yang tinggal di Ikonium, tempat dimana Paulus membantu mereka menjadi pengikut Yesus, dan sesudah dari sana mereka pergi ke Roma. Nama mereka adalah nama Yunani. Pekerjaan mereka pasti berada di Roma saat itu karena betapa bergunanya mereka di sana dan mereka berjerih lelah dalam pelayanan untuk Tuhan melalui kekayaan mereka, menghibur orang-orang miskin di gereja, menjamu dan menyediakan keperluan pelayanan injil, dan oleh karena pengajaran mereka, dorongan dan pemberian mereka serta pengalaman mereka, pastilah mereka menguatkan dan memberikan dorongan kepada orang-orang muda sehingga mereka berubah, dan juga bagi orang-orang kristen lain. Mereka tidak kenal lelah dalam melakukan segala sesuatu yang mereka bisa lakukan, dalam menyebarkan Injil dan kerajaan Kristus.
Ada point yang perlu diperhatikan tentang kedua wanita ini berdasarkan arti nama mereka. Nama Trifena artinya “dainty”, cantik jelita dan nama Trifosa artinya “delicate”, lembut, rapuh. Bayangkan sejenak, kedua wanita cantik dan halus ini memberikan segalanya untuk Yesus. Tidak ada pemikiran dalam diri mereka untuk memakai sifat kewanitaan mereka sebagai alasan untuk tidak melayani Tuhan. “Oh, saya tidak bisa menggosok lantai, itu akan merusakkan kuku saya” dan “saya tidak dapat mengangkat barang yang berat-berat, saya wanita. Saya akan mencari laki-laki untuk melakukannya”. Di sini ada dua wanita yang “cantik” dan “lembut” dan mereka memberikan segala sesuatu yang mereka miliki untuk Tuhan dan untuk pekerjaan-Nya. Maka sungguh layak kalau Paulus memberikan komentar tentang mereka dan mengirim salam kepada mereka.Ada banyak wanita di Roma, tempat di mana Paulus belum pernah singgahi. Kemasyuran kedua wanita itu menyebar jauh dan luas. Kedua wanita ini adalah wanita legendaris dalam hal pelayanan mereka kepada Tuhan.
Terlebih lagi, saya tidak bisa membayangkan saat Paulus menuliskan ini atau saat dia mendiktekan salam ini kepada Emanuensis (Sekretaris/penulis) dengan tanpa tersenyum. Anda tahu bahwa Paulus biasa menggunakan kata-kata yang berbeda untuk kata “bekerja”. Kata yang biasa dipakai dalam Perjanjian Baru adalah ἐργάζομαι [ergazomai] or ἐνεργέω [energeō] or ἔργον [ergon] yang kemudian kata ini diturunkan ke dalam bahasa Inggris menjadi energetic dan ergomic (energik dan ergonomis). Itulah kata standar yang biasa dipakai. Tetapi Paulus memilih kata yang baru untuk dipakai dalam kasus Trifena dan Trifosa. Kata itu adalah Κοπιάω [kopiaō] - bekerja keras sampai mereka habis tenaga. Saya ingin mengatakannya dengan bahasa gaul seperti ini “jungkir balik” atau “membanting tulang”. Ini adalah pengertian yang sungguh dramatis karena Paulus memakai kata-kata “membanting tulang” yang ditujukan kepada kedua wanita cantik dan lembut, sepertinya itu bukan kata-kata yang normal. Saya membayangkan pasti sambil tersenyum Paulus berkata begini, salam kepada si cantik dan si lembut yang telah bekerja membanting tulang untuk Tuhan. Saya membayangkan penulis Paulus akan memandang Paulus dan berkata, “sungguhkah engkau mau saya menuliskan hal itu?” Apakah Anda yakin Anda ingin saya menuliskan kata-kata itu untuk si cantik dan si lembut?” Saya percaya Paulus akan berkata, “ya, itulah kata-kata yang benar-benar ingin saya pakai bagi mereka.” Ada maksud dalam penulisan Paulus ini.
Apakah Anda sampai jungkir balik dalam pelayanan, membanting tulang Anda untuk Tuhan? Ketika ada kerja bakti dilakukan di gereja apakah Anda akan berada di sana dengan sapu Anda atau kain pel Anda ataukah Anda mencari-cari alasan untuk tidak datang ke sana? Apakah Anda penuh dengan berbagai alasan ketika datang waktunya untuk melayani Tuhan di gereja? Bagaimana dengan ke ladang misi? Apakah Anda tidak mau melakukan pelayanan semacam itu? Itu adalah perkerjaan yang terlalu rendah bagi saya. Ambil orang asli setempat untuk itu. Kita semua dapat belajar sari Trifena dan Trifosa yang menarik perhatian Paulus meskipun dia belum pernah bertemu dengan mereka. Atau mungkin dia sudah pernah bertemu dengan mereka seperti indikasi yang kita dapatkan di atas. Apapun kebenarannya yang penting mereka telah memberikan semua miliki mereka kepada Yesus.
Trifena dan Trifosa:
Keduanya adalah perempuan dan dikatakan mereka adalah wanita yang patut dipuji yang tinggal di Ikonium, tempat dimana Paulus membantu mereka menjadi pengikut Yesus, dan sesudah dari sana mereka pergi ke Roma. Nama mereka adalah nama Yunani. Pekerjaan mereka pasti berada di Roma saat itu karena betapa bergunanya mereka di sana dan mereka berjerih lelah dalam pelayanan untuk Tuhan melalui kekayaan mereka, menghibur orang-orang miskin di gereja, menjamu dan menyediakan keperluan pelayanan injil, dan oleh karena pengajaran mereka, dorongan dan pemberian mereka serta pengalaman mereka, pastilah mereka menguatkan dan memberikan dorongan kepada orang-orang muda sehingga mereka berubah, dan juga bagi orang-orang kristen lain. Mereka tidak kenal lelah dalam melakukan segala sesuatu yang mereka bisa lakukan, dalam menyebarkan Injil dan kerajaan Kristus.
Ada point yang perlu diperhatikan tentang kedua wanita ini berdasarkan arti nama mereka. Nama Trifena artinya “dainty”, cantik jelita dan nama Trifosa artinya “delicate”, lembut, rapuh. Bayangkan sejenak, kedua wanita cantik dan halus ini memberikan segalanya untuk Yesus. Tidak ada pemikiran dalam diri mereka untuk memakai sifat kewanitaan mereka sebagai alasan untuk tidak melayani Tuhan. “Oh, saya tidak bisa menggosok lantai, itu akan merusakkan kuku saya” dan “saya tidak dapat mengangkat barang yang berat-berat, saya wanita. Saya akan mencari laki-laki untuk melakukannya”. Di sini ada dua wanita yang “cantik” dan “lembut” dan mereka memberikan segala sesuatu yang mereka miliki untuk Tuhan dan untuk pekerjaan-Nya. Maka sungguh layak kalau Paulus memberikan komentar tentang mereka dan mengirim salam kepada mereka.Ada banyak wanita di Roma, tempat di mana Paulus belum pernah singgahi. Kemasyuran kedua wanita itu menyebar jauh dan luas. Kedua wanita ini adalah wanita legendaris dalam hal pelayanan mereka kepada Tuhan.
Terlebih lagi, saya tidak bisa membayangkan saat Paulus menuliskan ini atau saat dia mendiktekan salam ini kepada Emanuensis (Sekretaris/penulis) dengan tanpa tersenyum. Anda tahu bahwa Paulus biasa menggunakan kata-kata yang berbeda untuk kata “bekerja”. Kata yang biasa dipakai dalam Perjanjian Baru adalah ἐργάζομαι [ergazomai] or ἐνεργέω [energeō] or ἔργον [ergon] yang kemudian kata ini diturunkan ke dalam bahasa Inggris menjadi energetic dan ergomic (energik dan ergonomis). Itulah kata standar yang biasa dipakai. Tetapi Paulus memilih kata yang baru untuk dipakai dalam kasus Trifena dan Trifosa. Kata itu adalah Κοπιάω [kopiaō] - bekerja keras sampai mereka habis tenaga. Saya ingin mengatakannya dengan bahasa gaul seperti ini “jungkir balik” atau “membanting tulang”. Ini adalah pengertian yang sungguh dramatis karena Paulus memakai kata-kata “membanting tulang” yang ditujukan kepada kedua wanita cantik dan lembut, sepertinya itu bukan kata-kata yang normal. Saya membayangkan pasti sambil tersenyum Paulus berkata begini, salam kepada si cantik dan si lembut yang telah bekerja membanting tulang untuk Tuhan. Saya membayangkan penulis Paulus akan memandang Paulus dan berkata, “sungguhkah engkau mau saya menuliskan hal itu?” Apakah Anda yakin Anda ingin saya menuliskan kata-kata itu untuk si cantik dan si lembut?” Saya percaya Paulus akan berkata, “ya, itulah kata-kata yang benar-benar ingin saya pakai bagi mereka.” Ada maksud dalam penulisan Paulus ini.
Apakah Anda sampai jungkir balik dalam pelayanan, membanting tulang Anda untuk Tuhan? Ketika ada kerja bakti dilakukan di gereja apakah Anda akan berada di sana dengan sapu Anda atau kain pel Anda ataukah Anda mencari-cari alasan untuk tidak datang ke sana? Apakah Anda penuh dengan berbagai alasan ketika datang waktunya untuk melayani Tuhan di gereja? Bagaimana dengan ke ladang misi? Apakah Anda tidak mau melakukan pelayanan semacam itu? Itu adalah perkerjaan yang terlalu rendah bagi saya. Ambil orang asli setempat untuk itu. Kita semua dapat belajar sari Trifena dan Trifosa yang menarik perhatian Paulus meskipun dia belum pernah bertemu dengan mereka. Atau mungkin dia sudah pernah bertemu dengan mereka seperti indikasi yang kita dapatkan di atas. Apapun kebenarannya yang penting mereka telah memberikan semua miliki mereka kepada Yesus.
Rabu, 16 Maret 2011
lirik lagu
BAPA YANG KEKAL
Julita Manik
D=Do
D A/C#
KASIH YANG SEMPURNA
Bm F#m G
TELAH KUT'RIMA DARI-MU
Em A
BUKAN KAR'NA KEBAIKANKU
D A/C#
HANYA OLEH KASIH KARUNIA-MU
Bm F#m G Bm
KAU PULIHKAN AKU, LAYAKKANKU
A
'TUK DAPAT MEMANGGIL-MU, BAPA
REFF:
D A/C#
KAU B'RI YANG KUPINTA
Bm7 F#m7
SAAT KUMENCARI, KUMENDAPATKAN
G D/F#
KUKETUK PINTU-MU DAN KAU BUKAKAN
E7 E/Ab A
S'BAB KAU BAPAKU, BAPA YANG KEKAL
D A/C#
TAK KAN KAU BIARKAN
Bm7 F#m7
AKU MELANGKAH HANYA SENDIRIAN
G F#m
KAU SELALU ADA BAGIKU
Bm Em A D
S'BAB KAU BAPAKU, BAPA YANG KEKAL
Julita Manik
D=Do
D A/C#
KASIH YANG SEMPURNA
Bm F#m G
TELAH KUT'RIMA DARI-MU
Em A
BUKAN KAR'NA KEBAIKANKU
D A/C#
HANYA OLEH KASIH KARUNIA-MU
Bm F#m G Bm
KAU PULIHKAN AKU, LAYAKKANKU
A
'TUK DAPAT MEMANGGIL-MU, BAPA
REFF:
D A/C#
KAU B'RI YANG KUPINTA
Bm7 F#m7
SAAT KUMENCARI, KUMENDAPATKAN
G D/F#
KUKETUK PINTU-MU DAN KAU BUKAKAN
E7 E/Ab A
S'BAB KAU BAPAKU, BAPA YANG KEKAL
D A/C#
TAK KAN KAU BIARKAN
Bm7 F#m7
AKU MELANGKAH HANYA SENDIRIAN
G F#m
KAU SELALU ADA BAGIKU
Bm Em A D
S'BAB KAU BAPAKU, BAPA YANG KEKAL
Rabu, 09 Maret 2011
suka2
Tuhan itu Maha Adil.
semua pasti akan baik-baik saja di hadapan Tuhan.
aku percaya itu.
sekalipun dia sekarang acuh, aku tak peduli.
yang penting aku berusaha sebisaku untuk mengekspresikan diriku,
inilah aku, apa adanya!!!
Selasa, 08 Maret 2011
Langganan:
Postingan (Atom)